TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi mengungkap tiga alasan DKI mesti menerima tawaran untuk menjadi tuan rumah Formula E pada tahun depan. Pertama, kata dia, Formula E merupakan agenda internasional yang menjadi kesempatan bagi ibu kota terlihat di mata dunia.
"Jadi bukan masalah penolakan atau tidak ada penolakan," kata Edi merespon penolakan Fraksi PSI terhadap penyelenggaraan Formula E di DPRD DKI, Senin, 12 November 2019.
PSI mendesak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membatalkan rencana penyelenggaraan Formula E tahun 2020. Mereka menilai penyelenggaran ajang itu merupakan bentuk pemborosan uang rakyat.
Anggota DPRD DKI dari PSI, Anthony Winza Probowi, menyatakan penyelenggaraan Formula E membutuhkan anggaran yang tak sedikit. Dia menilai uang sebesar Rp 1,6 triliun tersebut lebih baik digunakan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat bagi rakyat kecil.
Alasan kedua, menurut Edi, penyelenggaraan Formula E juga mendorong sosialisasi penggunaan mobil listrik di Indonesia. Sebabnya, kendaraan yang digunakan untuk Formula E merupakan mobil listrik.
Ketiga, menurut Edi, Pemprov DKI tidak bisa menolak karena penyelenggaraan Formula E merupakan event besar. Jakarta, kata dia, dipercaya menjadi tuan rumah dan bakal berdampak pada pengembangan sektor lain, seperti pariwisata dan perekonomian.
"Dampaknya ke mana-mana. Jangan melihat Formula E ini cuma setahun. setahun pasti rugi. Itu kan angka yang segitu (Rp 1,6 triliun) itu kan ada lima tahun," ujarnya.
Kata Edi, penyelenggaraan Formula E bukan kepentingan Gubernur Anies Baswedan. Sebab, jika Anies tidak menjabat sebagai gubernur, penyelenggaraan olahraga balap mobil itu masih terus berjalan
"Kenapa Singapura berani? Jepang berani? semua dipikirkan pas dapat itu kita dapat Formula 1 kan lebih bagus," ujarnya. "Di mata dunia itu bahwa Indonesia ada politisnya juga. Jangan orang melihat kan Indonesia ini sarang teroris, sarang pemberontakan. Ada hal positif yang kita tunjukkan."